Rabu, 01 Maret 2017

Nasi Liwet di Kawasan Danau Situ Gede

Hello kawan ceriwis, saya balik lagi dengan cerita baru. Ya pastinya masih tentang wisata dan makanan di Tasikmalaya.
Kali ini saya akan berbagi cerita tentang Danau Situ Gede.
Cekidot...ini foto siang tadi :

Siang tadi saya bersama rekan-rekan kantor yang sudah dipenuhi kejenuhan memutuskan untuk makan siang di Kawasan Situ Gede. Jarak dari tempat kerja ke Situ Gede memang dekat. Kalau ditempuh dengan kendaraan kurang lebih sekitar 16 menit. Jaraknya cuma sekitar 6 km.
Tapi kali ini saya tidak membahas tentang objek wisatanya karena tujuan kami kesana memang untuk makan siang maka yang saya bahas adalah tentang makanan yang kami santap tadi.
Saya dan rekan-rekan segera bergegas menuju ke Situ Gede karena waktu istirahat kami memang tidak banyak, hanya satu jam saja.
Sesampainya di TKP kami menuju satu warung yaitu Warung Makan Nabila yang letaknya tak jauh dari parkiran. Ternyata salah satu rekan kami  memang sudah mempersiapkan menu makanannya dengan memesan terlebih dahulu sebelum kami ke lokasi. Kamipun memilih duduk di saung lesehan yang dekat dengan danau sambil menikmati suasana sejuk, semilir angin dan aroma khas danau yang sedikit amis.
Jreng...jreng...
Makananpun satu persatu tiba. Ajaib!!! Teman saya begitu banyak memesan makanan, padahal kami hanya datang bertujuh tapi seolah mau kenduren satu RT, haha.
Dalam hati sebenarnya sedikit khawatir kalau kalau harga makanan disini mahal. Hehe maklum saya kan masih trainee. Bayangkan saja dalam satu meja tersedia 1 bakul nasi liwet yang dibuat dari 1,5 kilogram beras, luar biasa bukan?? Kemudian ada 4 ekor besar ikan mujair goreng, 4 potong ayam goreng, 2 piring tumis genjer, 2 piring tumis kangkung, 1 porsi mendoan dan sambal lengkap beserta lalapannya. Ini dia penampakannya :
*ini belum semua makanan datang loh
Saya yang memang belum sarapan dari pagi langsung saja menyantap makanan dengan lahap dan rasanya enak. Tapi bagi saya belum enak banget. Nasi liwetnya gurih bahkan saya sampai nambah lagi satu piring (doyan apa rakus ya). Ikan gorengnya juga mantap dengan runtukan bumbu yang gurih asin. Sayangnya sambalnya kurang nampol padahal tanah sunda biasanya terkenal dengan sambalnya yang pedas.
Untuk harga makanan yang sebanyak ini sebenarnya menurut saya masih murah soalnya makanan ini bisa disantap untuk 10 orang. Lebih detailnya saya tidak tahu tapi total makanan yang kami makan cukup dibayar dengan 267000 rupiah saja. Berarti jika makanan ini disantap 10 orang maka satu orangnya kena harga 26700 rupiah saja untuk satu porsi lengkap. Wow murah sebenarnya.
Nah bagi kawan ceriwis yang berkunjung ke Situ Gede rombongan, boleh tuh nyoba nasi liwet Warung Nabila.
Sekian cerita dari saya, lain waktu saya akan membahas tentang objek wisata Situ Gede.

Selasa, 28 Februari 2017

Gurihnya Nasi T.O. Mughni

 

 Siapa sih yang nggak tahu nasi TO?
Yap betul sekali...!!! Nasi Tutug Oncom.
Nasi Tutug Oncom ini adalah makanan khas yang berasal dari Kota Tasikmalaya. Nasi TO terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan oncom dan cikur(kencur). Rasanya gurih dan pulen apalagi jika nasi TO ini dipadukan dengan lauk seperti ayam goreng, ikan asin, gorengan serta sambal uleg yang pedas, makin mantap rasanya.
Kali ini saya akan membahas salah satu warung nasi TO yang terletak di Jalan BKR Tasikmalaya. Di jalan BKR memang banyak sekali warung yang menjual nasi TO, namun tempat favorit saya adalah Warung Nasi TO Mughni yang tampilannya seperti ini nih :

 *gambar diambil dari blog http://dinasuciwahyuni.blogspot.co.id
Warung ini buka dari pagi hingga malam dan selalu ramai pengunjung. Pastinya bukan tanpa alasan kan kalau warung nasi TO ini selalu ramai. Rasanya yang gurih dipadukan dengan sambal uleg merah yang pedas dan sambal terasi. Saya pribadi memang tidak terlalu suka sambal terasi, namun sambal terasinya jika langsung dicampur dengan sambal merah makin enak. Harga nasi TO disini cukup murah hanya Rp 4000 saja per porsinya. Untuk rencang nasinya, disini juga menyediakan berbagai lauk seperti ayam goreng, cumi asin, ikan pindang, telor dadar dan gorengan. Makan di tempat free teh anget hehehe.
Nah bagi kawan-kawan yang sedang atau akan berkunjung ke Tasikmalaya jangan lupa untuk mencoba kuliner khas Tasikmalaya ini. Pasti nagih!!!
Selamat makan siang......

Senin, 27 Februari 2017

Alkisah Hujan di Bukit Kacapi

Pagi itu saya beserta teman-teman kos saya di Tasikmalaya berencana untuk jalan-jalan cantik menuju salah satu tempat wisata yang menurut Agata alias Anak Gaul Tasikmalaya lagi hitz-hitznya.
Berbekal empat motor dan sepuluh penumpang (bayangkan sendiri bagaimana) dan tanpa safety ride prossedure, kami nekat berangkat untuk mengobati rasa penasaran kami untuk berswafoto di sana.
Perjalanan yang cukup jauh dari Kota Tasikmalaya, jaraknya kira-kira -+45 kilometer menurut Google Maps (karena nggak ngukur). Jarak waktu tempuh yang tertera di G-Maps 1 jam 33 menit dan nyatanya kami yang memang baru pertama kali kesana menempuhnya dalam waktu 2 jam lebih.
Jalanan yang kami lewati hingga tujuan cukup sulit, dari jalan ke Kabupaten yang berliku hingga jalan masuk yang naik turun, banyak tikungan dan licin jadi memang harus ekstra hati-hati.
Sesampainya disana, kami disambut meriah oleh hujan yang datangnya pasti keroyokan. Wah, benar-benar pengalaman yang mengesankan, sudah perjuangannya lumayan berat ketambahan diguyur hujan. Perfect.
Suhu di sana cukup dingin karena memang bukit ini ketinggiannya mencapai 950 mdpl dan saat itu dibarengi hujan serta kabut.


Memang kami akui jika saja hari itu cerah pasti akan lebih indah dan menyenangkan. Bagaimana tidak? Hamparan kebun teh dengan khas warna hijaunya sungguh memanjakan mata andai saja kabut tidak menutupi pemandangan mata kami. Kolam renang super dingin di tengah-tengah kebu teh tentunya tidak kalah asik dan yang terakhir spot fotografi yang seharusnya bisa kami dapatkan dan kami pamerkan di sosmed terpaksa tidak kami dapatkan. Sedih yah...
Terakhir, untuk masalah makanan dan jajanan memang tidak ada yang spesial. Hanya lumayan saja sudah ada warung yang berjualan makanan ringan, kopi, berbagai softdrink dan makanan favorit sejuta umat, Indomie.
Semoga saja untuk ke depannya tempat wisata ini dapat berkembang tanpa merusak keindahan yang ada.
Berikut budget yang kami keluarkan untuk wisata di Bukit Kacapi :
Kendaraan      Rp 20000 untuk bensin
Tiket Masuk    Rp 6000 untuk masuk ke kolam renang
Parkir              Rp 2000 per motor

*tiket dapat berubah sewaktu-waktu

Berburu Spot Selfie Pasir Krisik Ciawi


Liburan kedua saya setelah saya memutuskan untuk merantau di bumi Kota Resik Tasikmalaya adalah ke Pasir Krisik Ciawi. Malam sebelum kami berangkat sebenarnya kami telah merencanakan berlibur ke pantai Pangandaran. Namun karena keterbatasan waktu dan dirasa jaraknya terlalu jauh maka kami memutuskan hanya jalan-jalan ke Pasir Krisik. Pasir Krisik berlokasi di Kawasan Guranteng, Kecamatan Pager Ageung, Ciawi.
Pagi itu pukul 08.30 pagi kami sudah berkumpul untuk mempersiapkan perjalanan. Kami berangkat dari kos kurang lebih pukul 10.00 WIB dengan mengendarai tiga motor dan enam penumpang. Yap, jumlahnya lebih sedikit dari pengalaman sebelumnya dan sedikit lebih safety. Setelah mengisi bahan bakar, kami siap untuk menghabiskan memory space handphone kami dengan selfie dan foto-foto narsis tentunya.
Jarak yang ditempuh untuk sampai ke Pasir Krisik dari Kota Tasikmalaya kurang lebih 35 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 10 menit (menurut G-maps). Yaps, untung saja memang jalan yang kami lalui tidak seburuk ketika kami jalan-jalan ke Bukit Kacapi. Jalannya lumayan bagus walaupun akses ketika sudah memasuki pedesaan cukup rusak dan medannya lumayan terjal.
Panas terik matahari tidak menyurutkan semangat kami hari itu. Meskipun lokasi wisata ini di atas bukit tapi ketinggiannya tidak memasuki kualifikasi wilayah yang dingin. Justru sebaliknya, sangat panas.
Sesampainya disana kami langsung menuju gerbang masuk kawasan wisata. Harga tiket wisata ini standar, hanya Rp 10000 per orang dan gratis softdrink. Setelah memarkirkan motor, kami langsung berburu tempat selfie yang sudah dilewati. Fasilitas di Pasir Krisik lumayan lengkap dan sepertinya masih dalam proses pembangunan, di sana sudah tersedia kantin, tempat duduk, kamar ganti, kamar mandi dan lain-lain.
Menurut kami tempat ini cukup menarik bagi kalangan pecinta selfie seperti kami ini. Ada selfie booth berbentuk telepon umum dan warnanya merah, kesukaan saya banget.

Selfie spot yang lain juga banyak seperti bunga yang disusun seperti bentuk hati, area rumput hijau, dan taman bunga.
Namun sayangnya karena kami sampai di lokasi terlalu siang jadi kami tidak banyak memotret karena cahayanya terlalu menyilaukan mata kami. Saran sih, jika mau berkunjung ke Pasir Krisik seharusnya berangkat lebih pagi lagi. Disini juga tersedia kolam renang, namun kami mengurunkan niat kami untuk ngojay karena tempatnya bagi saya terlalu terbuka dan memang cuaca hari itu sangat panas tentunya akan membuat kulit kami terbakar.
Berbicara soal wisata gak boleh terlewat dari namanya makanan.
Sayangnya.... kami satupun tak menemukan yang menarik bagi kami. Ada satu kefetaria di sana tapi nafsu makan kami mendadak hilang karena kurangnya kebersihan dalam pengelolaan kantin. Bayangkan saja, kami mau membeli makan tapi banyak lalat beterbangan. Sekedar masukan saja, harusnya untuk ke depannya kafetarianya bisa dikelola lebih baik lagi.
Dan yang terakhir, ini budget kita untuk menikmati wisata Pasir Krisik :
Kendaraan Rp 15000 untuk bensin
Tiket Rp 10000 untuk hari weekend, dan Rp 7500 untuk weekday (free softdrink)
Parkir Rp 2000